BalapMotor.Net – Selama 9 seri Motoprix region 2 Jawa yang digelar oleh 6 Pengda IMI di Pulau Jawa, mungkin seri final yang berlangsung di Purwokerto bisa dikatakan menjadi seri yang bisa jadi percontohan untuk seri lainya. Gelaran Pertamax Plus KYT FDR Pikoli Motoprix yang digarap oleh BIO Racing Organizer kemarin ( 18-19/10 ) ini banyak diacungi jempol oleh para peserta.
” Harusnya seri Motoprix standarnya harus seperti ini semuanya, kalau bisa.” tutur Slamet Suroto selaku manajer dari tim Astra Motor RT Jogjakarta yng juga diiyakan oleh Rudi Hadinata selaku bos dari tim Yamaha Yamalube TDR KYT FDR Trijaya. Memang sih banyak sekali hal yang berbeda yang patut dicontoh untuk seri Motoprix lainya.
Di gelaran yang menyedot 5 ribuan penonton untuk datang ke sirkuit GOR Satria Purwokerto memang ada beberapa yang patut dicontoh. Tidak hanya soal kemasan sirkuit yang safety, di balapan ini membuat beberapa gebrakan yang belum dibuat di gelaran Motoprix sebelumnya.
Ada press conference dan memberikan kesempatan berbicara di podium untuk pembalap yang menang, jadi semacam di OMR gitu. lalu ada juga pemberian penghargaan untuk best team dan juga best paddock, dan karena ini merupakan seri final maka BIO Racing Organizer yang di dedengkoti oleh dua pegiat balap motor Banyumas yaitu Orin Sugawa dan Arifin Subehan ini memberikan penghargaan untuk juara region. Nah keren juga itu, sirkuit diupayakan sudah bisa digunakan sejak hari Jumat, jadi sudah bisa buat latihan para pembalap.
” Ada penghargaan buat best team dan best paddock itu bikin kita para kru semangat lebih semangat mas, jadi kerja keras para kru buat menata paddock itu di hargai.” tutur Mitayantho mekanik dari tim Astra Motor RT Jogja yang timnya mendapatkan predikat best paddock.
” ini baru bagus mas, di tahun lalu saya cuma dikasih ucapan terima kasih saja.” tutur Sulung Giwa yang jadi juara nasional MP2 Motoprix Region 2 Jawa, yang di musim lalu juga juara nasional di region yang sama di kelas yang sama.
” Kita hanya mencoba memberikan yang terbaik untuk para peserta, apalagi ini seri pamungkas. Dan semoga saja para peserta tidak kapok dan ingin kembali lagi balap di Purwokerto.” kompak Orin Sugawa dan Arifin Subehan.
Selain itu, Purwokerto yang merupakan ibukota dari kabupaten Banyumas juga banyak dianggap peserta sebagai tempat yang yahud buat jadi tuan rumah balap motor sekelas Motoprix. Selain posisinya di tengah-tengah alias dari mana saja dekat, Purwokerto juga dikenal murah makananya, tidak sulit cari penginapan, sirkuitnya juga tidak jauh dari pusat kota, namun saat balapan kemarin ada yang ngeluh juga soal cuaca yang sempat panas dan sempat hujan.
“Balapan ini memang bisa dikatakan bagus dan bisa jadi percontohan, Tapi panasnya minta ampun, di paddock saya tidak kuat nahan panasnya.” tutur Rudi Hadinata bos dari tim Yamaha Yamalube TDR KYT FDR Trijaya.
” Tempatnya sangat strategis, ditambah lagi sirkuitnya bagus, makananya juga enak-enak mas, jadi saya seneng balapan disini mas. ” tutur Rheza Danica Ahrens pembalap dari tim Yamaha Yamalube TDR KYT FDR Trijaya yang di musim perdananya ini berada di posisi ke-4 klasmen akhir Motoprix Jawa kelas MP2 dan bakalan naik ke ajang Indoprix di tim yang sama.
Namun di balapan kemarin juga ada sih yang dikeluhkan oleh peserta, ” secara keseluruhan sih bagus mas, namun kalau boleh kasih usul itu ban harusnya diikat, jadi saat kesenggol tidak membuat ban geser dan membahayakan. ” tutur Ari dari tim Honda KYT GG TBK Daya Telkomsel FDR Federal Oil Golden RT yang pembalapnya, Reza Hanum yang merupakan lokal hero patah kaki karena kecelakaan beruntun di tikungan pertama saat race MP4 yang diakibatkan oleh ban yang tersenggol. Nah ayo BIO Racing di balapan berikutnya kudu bisa sempurna, untuk promotor lain yang garap Motoprix juga patut di contoh nih. luvo
