BalapMotor.Net – Perdebatan masih cukup sengit antara penggemar teknologi lawas karburator dan penganut modern dengan sisten injeksi. Malah ada yang mengatakan bahwa itu hanya politik bisnis agar motor yang dipasarkannya terkesan ada pembaharuan. Beberapa kalangan menyanggah bahwa teknologi injeksi lebih irit, tentunya mereka menyangahnya dengan bukti.
Kejadian sama ada sat sistem injeksi elektronik mulai diterapkan di mobil. Kekawatiran utama saat itu adalah ketakutan mogok kerena kerusakan perangkat elektronisnya. Dalam beberapa tahun terbukti bahwa injeksi bahan bakar elektronis atau akrab disebut EFI ternyata cukup tangguh. Tapi itu di mobil yang sebelumnya sempat diperkenalkan sistem injeksi mekanis pada mobil bensin.
Pertanyaannya apakah di motor dengan mesin kecil memang perlu?
Jawabnya, ya. Karena mungkin bukan masalah lebih irit, lebih bertenaga tapi lebih kearah bebas perawatan. Kenapa demikian?
Mesin injeksi lebih irit 20% misalnya, kalau sebuah skutik saja bisa melaju sejauh 50km/liter penambahan 20% atau sekitar 10km/liter tidak akan begitu terasa oleh penggunanya. Apalagi dengan peningkatan tenaga atau torsi yang jauh lebih sulit untuk merasakan bedanya.
Sisi lain dari sistem injeksi elektronik adalah mudah dalam melakukan pengaturan agar emisi gas buang motor menjadi lebih baik. Atas dua hal yaitu mudah dalam perawatan dan memiliki emisi rendah maka dipilihlah sistem injeksi elektronis sebagai pilihannya.
Apa beda mendasar dari kedua sistem pengabut bahan bakar ini, yuk kita baca ulasanya.
Karburator
Karburator bekerja atas adanya perbedaan kecepatan alir udara atau kevakuman. Untuk memudahkan membayangkan apa yang terjadi akibat aliran udara pada semburan bensin, bisa dilihat bagaimana semprotan pembasmi nyamuk bekerja.
Tekanan tinggi pada pompa menyebabkan aliran pada lubang kecil yang langsung berhadapan dengan saluran yang dihubungkan ke tangki. Aliran udara dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan cairan naik dan menyembur dalam bentuk partikel halus. Pompa obat nyamuk adalah model sederhana dari karburator. Untuk mengatur banyak sedikitnya cairan yang keluar tergantung dari besar kecilnya tekanan pompa.
Prinsip ini yang dipergunakan di karburator, tapi untuk mengatur besaran volumenya tidak sesederhana itu. Pada karburator terdapat apa yang disebut throttle atau katup gas yang bertugas mengatur besarnya aliran udara. Banyaknya bensin yang keluar tergantung besarnya bukaan katup dan besarnya spuyer (lubang halus untuk mengalirkan bensin).
Dari sini saja sudah ada dua perangkat kendali mekanis, padahal sebelum ke spuyer bensin ditampung ditabung bawah, disana ada katup pelampung yang bila salah setel akan mempengaruhi semburan bensinnya. Perjalan bensin pun cukup berliku dan panjang hingga sangat sulit untuk mendapatkan takaran akurat sesuai keperluan.
Tidak hanya itu masih banyak lubang kecil lain untuk mengatur aliran bensin hingga memiliki komposisi sesuai keinginan. Bila di motor ada jarum pengatur aliran yang sama-sama rentan terhadap kotor tersumbat serta aus.Untuk itu harus diservis secara berkala, menjadikannya lebih mahal.
Untuk pengaturan hanya bisa dilakukan untuk volume bensin yang keluar, sesuai ukuran spuyer. Itu sebabnya komposisi ideal air to fuel ratio sangat sulit, emisi sulit dikendalikan.
Keuntungannya, bila ngadat tidak langsung mogok dan banyak mekanik yang bisa menanganinya.
Sitem Injeksi Elektronik
Sistem elektronis mampu memberikan takaran bensin sangat akurat, mesin akan bekerja lebih optimal serta menghasilkan emisi gas buang cukup rendah. Sayangnya, karena sistem ini mempergunakan lebih banyak sensor dan rangkaian elektronis maka diperlukan tenaga terlatih untuk pemeliharaannya.
Untuk mendapatkan akurasi dalam menyemprotkan bensin ke saluran masuk perangkat memanfaatkan sensor bukaan gas (throttle sensor), pengukur jumlah udara masuk (air flow meter), suhu udara masuk, sudut putar poros engkol (crank sensor) hingga sensor oksigen atau lamda sensor. Semua informasi tersebut diolah dalam ECU untuk menghasilkan besar dan lamanya bukaan nozzle.
Besar kecilnya bukaan nozzle tergantung dari informasi dari sensor utama yaitu bukaan gas dan putaran mesin. Kemudian diselaraskan dengan suhu udara, volume udara masuk, suhu mesin, hingga sensor oksigen.
Bila semua bekerja dengan baik maka air to fuel ratio akan berada dikisaran angka satu, mesin mampu bekerja optimal dan lebih irit.
Mesin yang telah mengadopsi teknologi injeksi elektronis memiliki cirri khas. Pertama saat distarter mesin perlu berputar beberapa kali, baru bisa hidup karena harus mengumpulkan informasi dari sensor-sensornya. Setelah hidupun perlu pemanasan agar sensor oksigen bisa bekerja. Seperti kita ketahui dimana sensor oksigen bekerja pada suhu tinggi, itu sebabnya penempatannya sangat dekat dengan awal saluran pembuangan.
Satu hal penting, sistem injeksi elektronis bisa dikatakan bebas perawatan dan terhitung awet. Terbukti dalam kurun 5 tahun motor-motor injeksi masih berjalan normal. Kendala utama adalah nozzle atau injector yang kotor akibat kerak. Saat ini telah tersedia cairan pembersihnya dan pembersihan bisa dilakukan dengan mudah oleh pemilik motor. Sekarang kenapa harus ragu dengan sistem elektronis yang sudah terbukti handal dalam kondisi eksterem sekalipun. [ Eko Fery Pujianto ] Autorev