BALAPMOTOR.NET – Hallo balapmania, udah lama nih repoter yang satu ini menghilang dari dunia drag bike hehe. Oke, setelah absen cukup lama, reporter banyak mendapatkan info-info baru nih tentang suasana drag bike Indonesia saat ini.
Nah, salah satunya adalah kabar dari mekanik yang selalu disebut mekanik “muda berbahaya” dari Semarang, Jawa Tengah. Ya, bener sekali, mekanik yang dimaksud adalah Maulana Bara Wedha juru korek dari BaraBere Racing Semarang.
Bara yang tahun masih berusia 25 tahun ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Diawali dari prestasi di kelas ninja standar dan fu standar, kini ninja TU pun sedang diriset penuh olehnya.
Sebenarnya riset mesin ninja TU sendiri sudah dilakukan sejak awal tahun ini, namun untuk diturunkan di event baru beberapa bulan lalu saja. Karakter yang lebih kompleks dibandingkan dengan spek ninja standar, tentu menjadi tantangan tersendiri untuk mesin ninja TU. Mekanik dituntut memutar otak lebih keras untuk menghasilkan power, akselerasi dan karakter motor yang kencang namun tetap bisa dikendalikan oleh sang joki.
“Awal motor ini jadi, karakter motor masih sangat liar dan pastinya berdampak pada hasil waktu yang melorot. Maklum mas tahun ini baru pertama kalinya bikin ninja TU hehe”, ungkap Bara Wedha yang mengandalkan Dwi Batank sebagai joki andalanya.
Seiring berjalannya waktu, BaraBere yang menaungi motor milik tim AB Speed Shop dan KCL Berkah Tebu ini sudah mulai konstan di catatan waktu 7,0 detik. Namun bila kita melihat catatan waktu di kelas ninja TU atau FFA saat ini, kerap muncul catatan waktu 6,9 detik, bahkan 6,8 detik. Lalu bagaimana pendapat Bara Wedha?
“Haha iya mas, sekarang timernya udah ngeri-ngeri banget”, ungkap Bara Wedha.
Saat ini, spek ninja TU yang dipakai oleh Bara adalah kruk as ZX dinaikkan 0,8mm dengan hitungan ratio 1(17/27) 2(19/28) 3(25/std) dan final gear 13/36. Untuk profil portingnya sendiri masih sama seperti sebelumnya.
“Motor sudah stabil di 7,0 detik mas, tapi masih butuh perhatian khusus untuk bagian knalpot dan ratio mas. Nafas motor masih terlalu panjang, terutama di gigi 4 sampai 6 nya. Intinya power atas mesin telat keluar mas, harus dipercepat lagi dengan meriset ulang knalpot dan merapatkan perbandingan ratio 4-6”, tutup Bara Wedha.
Ya, selain knalpot yang memang memiliki peran banyak di mesin 2T. Perbadingan ratio sendiri juga tidak kalah penting, apalagi mengingat panjang sirkuit drag bike di Indonesia yaitu 201M. Selain mengingat panjang sirkuit, perbandingan ratio juga difungsikan untuk mampu meredam power mesin drag yang sudah di bore up sedemikian rupa.
Perbandingan ratio yang berat bisa “melembutkan” power bawah motor yang galak dan melesatkan motor di putaran atas. Namun tidak semua karakter mesin membutuhkan ratio berat. Lalu? Nah, maka dari itu, meracik ratio adalah kegiatan yang cukup banyak memakan waktu para mekanik, karena harus copot-pasang gigi ratio untuk menemukan racikan yang pas.
Sukses di Wonosobo
Di event Wonosobo kemarin, BaraBere sukses masuk kedalam jajaran podium. Salah satunya adalah podium terhormat di kelas ninja standar pemula dna ninja standar lokal, dimana kali ini BaraBere mengandalkan Ali Topan dan Febri Jenglot. Untuk kelas ninja TU sendiri, Febri Jenglot menduduki posisi kelima.
Ya, memang tidak dipungkiri, di Wonosobo kemarin catatan waktu memang sedikit kendor dibandingkan dengan event-event sebelumnya. Faktor utamanya dapat disebabkan oleh kondisi sirkuit dan cuaca.
Oke, hasil riset Ninja TU dari BaraBere tentu akan sangat dinantikan. Untuk musim balap 2017 ini, ninja TU garapan Sanjaya Jet, OTD dan PRK sudah tembus di timer kepala 6 detik. Jadi, sangat ditunggu untuk penampilan hasil riset para tuner 2T yang lainnya yaa. #WANIPERIH [ richard ]