BalapMotor.Net – Prestasi joki mengukir best time dapat dipastikan terlahir dari kelas FFA dan Ninja TU 155cc. Biasanya juga, yang masuk 5 besar di dua kelas tersebut juga hampir sama, baik itu pembalap maupun catatan waktunya. Namun hal tersebut tidak berlaku di event Kawahara IRC IDC yang berlangsung di sirkuit Lanud Depok, Bantul kemarin. Lihat saja pada data HASIL, di kelas FFA dan Ninja TU bukan cuma juara 1 nya saja yang berbeda, tapi di jajaran 5 besarnya juga.
Di kelas FFA, Erwin Sredek berhasil menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 7,084 detik. Di posisi selanjutnya diisi oleh Eza Chemonk, Nanda Wijaya, Dicky G.A dan Hendra Kecil. Nah, kalo di kelas Ninja TU, diposisi puncak ada Galih Dwi dengan catatan 7,080 detik. Diposisi selanjutnya ada Alvan Cebonk, Nanda Wijaya, Ocky Camat dan Ivan Bangun. Bila disimpulkan, maka Nanda Wijaya adalah joki yang paling konsisten, meskipun hanya juara 3, namun bisa tembus di 2 kelas tersebut.
“Alhamdulillah bisa best time mas, meskipun di babak final sedikit kurang fokus”, ungkap Dicky G.A yang kemarin didaulat sebagai joki tercepat alias best time.
Dicky G.A mengukir best time justru di babak penyisihan FFA. Dibabak final, dia hanya mampu bertengger di posisi keempat. Bukan cuma jokinya saja yang “bagi rata” di podium, tapi juga motor dan tim nya. Di kelas FFA ada garapan Setyoko Penceng, Aan Andoex, M. Yusron dan Ari Setyawan. Di kelas Ninja TU, kembali ada garapan Aan Andoex, diikuti oleh Yudha Kemo.
Bila podium bisa terbagi rata oleh joki, tim dan mekanik. Maka hal tersebut membuktikan bahwa kekuatan motor sebenarnya sudah merata, hanya tinggal eksekusi joki di lintasan dan faktor keberuntungan tentunya. Adanya sistem timbangan yang ketat juga menjadi pengaruh besar, karena semua joki memiliki porsi yang sama untuk menjadi juara. Jadi tidak ada lagi, satu joki bisa podium utama hampir disemua kelas. Fenomena joki berbobot ringan memang menjadi trend saat ini. Namun harus tetap diingat, karena skill akan lebih banyak berbicara dan tahan lama. [ richard ]