BalapMotor.Net – Kelas Free For All (FFA) menjadi kelas paling bergengsi sekaligus primadona yang paling diburu tim papan atas Indonesia. Ini kelas yang menentukan kualitas motor dragbike tercepat. Dari kelas ini, spek pacuan “the king dragbike” akan muncul.
Dalam kelas FFA, kebanyakan tim masih menggunakan spek motor Ninja Tune up. Jadi, selain digunakan dalam kelas sport 2T Tu, juga sekaligus diterjunkan dalam kelas FFA. Tapi lain hal dengan MAC23, tim yang digawangi Sanjaya Racing Jogjakarta dalam urusan motor 2 tak.
“Kelas FFA kita gunakan motor khusus. Memang speknya masih sama yaitu Ninja TU, tapi ada perubahan pada piston yang digembotin dan kenaikan kapasitas mesin lebih dari 155cc.” terang Yudha ‘Kemo’ Sanjaya, tunner sanjaya racing Jogjakarta yang memang sudah punya nama.
Ninja dengan kelir hitam ini sudah diterjunkan dalam event Pertamax Drag Bike Boyolali akhir pekan kemarin (22-23 April). Eksekutornya tentu Gerry Percil, yang tahun ini resmi terikat kontrak bersama MAC23 dan Sanjaya Racing. Mengenai hasil?
“Motor memang belum maksimal mas. setting sebenarnya sudah tembus 6.9 detik, tapi itu belum konsisten lantaran mesin belum terlalu tune in. Tapi dengan keluar sebagai peraih best time, tentu menjadi bukti bahwa ninja ini yang tercepat di Boyolali. Hehee.” Bangga Aditya Kresna, assisten Hits mekanik Sanjaya.
Lain hal dengan sang pembalap. Gerry Percil yang tahun ini naik level menjadi pembalap seeded mengaku sudah tampil dengan begitu maksimal. “Saat kualifikasi sempat tercecer diurutan 3, itu lantaran banyak kesalahan kak. Oper gigi kurang pas sehingga laju tidak mulus. Padahal kondisi lintasan sabtu kemarin lebih bagus dari pada hari ini.” Jelas Gerry Percil, yang mengaku cukup kesulitan di partai final karena kondisi lintasan yang licin akibat pasir.
Walaupun begitu, Gerry masih mampu keluar sebagai pembalap tercepat. Catatan waktu 7.020 detik sudah cukup mengantarkan Gerry menjadi Raja di kelas FFA. “Tentu sangat bersyukur dengan hasil ini. Saat final saya mampu memacu motor lebih baik dan rapi, juga lebih nekat dalam menembak lampu start.” Tambah Gerry Percil yang asli Madiun ini.
Kualifikasi Lebih Seru
Lebih menarik, justru persaingan saat sesi kualifikasi. Disitu pembalap dirundung galau dan penuh akan dilema. Selain hasrus memastikan satu tempat di partai final, pembalap juga harus memilih antar main aman ataupun langsung pol-polan.
Itu terjadi lantaran catatan waktu yang begitu tipis antara pembalap yang satu dengan lainya. Bayangkan saja, dari 16 pembalap yang berhak lolos catatan waktunya 7.0 sekian dan 7.1 detik sekian. Pun dengan pembalap yang tidak berhasil melaju ke partai final, catatan waktunya juga masih 7.1 detik sekian. Jadi mereka bukan main buruk, akan tetapi bisa disebut kurang beruntung.
“Persaingan saat babak penyisihan jauh lebih seru. Sirkuit oke, pembalap harus langsung gaspol tanpa melakukan kesalahan. Catatan waktu begitu mepet dan kejar-kejaran.” Tutup Yudha Kemo pada BalapMotor.Net yang hadir pula saat sesi kualifikasi hari sabtu. | @yugo.aol