BalapMotor.Net – Jelang hari santri nasional yang jatuh pada tanggal 22 Oktober nanti, BalapMotor.Net mau membahas mengenai profil dari santri tetapi juga pembalap. Kali ini penulis akan membahas mengenai sepak terjang dari Tri Aulia Rahman.
Pembalap muda asal Tasikmalaya ini ternyata merupakan santri yang hobi balap. Tri Aulia sendiri merupakan cucu dari pendiri pondok pesantren Baitul Hikmah Haur Kuning Tasikmalaya yaitu KH. Saefuddin Zuhri.
“Saya lahir dan di besarkan di komplek Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haur Kuning, Tasikmalaya mas. Almarhum kakek saya yaitu KH. Saefuddin Zuhri merupakan pendiri pondok pesantren ini,” ungkap Tri Aulia Rahman.
Perlu diketahui juga bahwa Pondok Pesantren Baitul Hikmah Haurkuning sendiri merupakan salah satu pondok pesantren besar di Tasikmalaya. Saat ini sendiri mempunyai 3.500 an santri yang menuntut ilmu agama Islam disana.
Membahas mengenai sepak terjang Tri Aulia Rahman di kancah balap, bocah kelahiran Tasikmalaya, 15 Maret 1996 sendiri lebih focus pada balapan sport. Tri Aulia balap di beberapa event fun race dan juga sport komunitas seperti Yamaha Sunday Race (YSR).
Untuk prestasinya sendiri cukup menawan. “Saya mulai balapan sejak 2016, dan ditahun ini saya mampu podium satu di ajang Indonesia Trackday Series yang wet race. Lalu di 2017 saya mampu jadi runner up pada gelaran Yamaha Sunday race dengan poin yang sama dengan juara umum,” ujar Tri Aulia Rahman.
“Pada tahun 2017 juga saya mampu meraih gelar runner up Kejurda Jabar kelas Kawasaki Ninja mas. Untuk latihan sendiri saya memanfaatkan sirkuit Bukit Peusar Kota Tasikmalaya sebagai tempat latihan,” tambah Tri Aulia Rahman yang di pertengahan 2018 ini mengalami cedera tangan saat balap di Yamaha Sunday Race.
Mengenai dirinya yang merupakan santri yang juga menjadi pembalap, Tri Aulia Rahman juga memberikan penjelasan yang bisa jadi panutan bagi santri-santri serta anak muda di Indonesia lainnya.
“Antara santri dan balapan itu memang bertolak belakang tapi keduanya tidak saling menghalangi, justru jadi bumbu pemanis tersendiri bila seorang santri bisa melakukan hal (positif) yang bukan sewajarnya. Apalagi santri masa kini harus lebih mamahami keadaan negeri saat ini. Biar tidak terjadi saling menyalahkan, menjatuhkan antar bangsa sendiri.” Ujar Tri Aulia Rahman. | Luvo