BalapMotor.Net – Di kancah drag bike Indonesia, kedua kelas diatas adalah kelasnya para “pendekar”. Bagaimana tidak, Sport 2 tak TU 155cc adalah kelas tertinggi di area mesin berkarakter 2 langkah. Selain karena terkenal dengan suara nyaring dan asap knalpotnya yang khas, kelas ini juga menjadi acuan utama bagi mereka yang juga bermain di kelas Super FFA. Free For All dan diawali dengan kata “super”, tentu kita sudah dapat membayangkan kuda besi seperti apa yang akan bermain disana. Tentu bukan sembarang motor yang bermain, karena kelas ini bukan buat main-main.
Menyoal tentang gagal di kelas TU tapi beringas di Super FFA, itu adalah kisah dari Dwi Batang pembalap asal kota Lumpia, Semarang. Bersama tim Nikmat Flores ABRT 20, dia hanya berada di posisi ketiga dengan timer 07.173 detik. Di kelas ini, Batang diapit oleh pasukan OP27 dengan 3 pembalapnya sekaligus serta Simple Concept bersama Eko Chodox.
Namun bukan Dwi Batang namanya kalau tidak bisa keluar dari tekanan lawan. Terbukti di Super FFA, namanya mencokol di posisi teratas dengan timer 07.060 detik. Dia berhasil mengalahkan pembalap-pembalap besar lainnya seperti Yogie Keycot , Hendra dan Chodox. Namun sayang, Akip Kipli yang menjadi rekan se tim Batang di ABRT hanya berhasil duduk di posisi ke 4. Cek hasil lomba The Battle Mizzle Hydra Drag Bike seri 5 Cilacap disini.
“Aspal nya kurang menggigit mas, jadi pas start Batang terlalu banyak spin. Kalo ngga spin sih udah keluar tuh kepala 6 nya hahaha”, ungkap Ab Bendol selaku mekanik ABRT.
Memang di event Cilacap kemarin, tidak ada timer dibawah 7 detik. Aksi Dwi Batang di kelas Super FFA pun menjadi best time untuk event kemarin. [ Richard ]